Friday, April 10, 2015

Mengatasi Kehilangan Seorang Ayah (Part II)



Selama kita masih di dalam dunia ini, selama itu pula kita semua akan selalu menantikan sebuah tempat dimana tidak pernah akan ada lagi ratap tangis dan air mata, tempat itu sungguh ada. (Wahyu 21:4) 

Tatkala hanya kebahagiaan yang selalu kita rasakan dalam kehidupan kita, rasa rindu untuk dapat sampai ke tempat seperti itu seolah pudar.

Kami bertiga berdiri di sebelah tempat tidur ayah, sambil menyanyikan lagu-lagu rohani, mendengungkan janji-janji yang pasti tentang jaminan keselamatan. (Ibrani 7:25)

Aku berbisik di telinga ayah, mengatakan terimakasih atas segala yang pernah dia lakukan, dia korbankan, segala jerih payah dan semua kasih sayang yang pernah iya limpahkan padaku. Tak lupa juga aku ucapkan permintaan maafku karena sebagai anak pasti sering sekali menyakitkan hati orang tua. Aku memeluk kepalanya yang sebahagian rambutnya telah berubah warna menjadi putih.

Pagi itu kebetulan datang pendeta yang disiapkan oleh rumah sakit, dia datang untuk membawakan sebuah renungan pagi yang menguatkan. Aku sama sekali tidak bisa ingat apa yang dia katakan saat itu, hatiku hanya senantiasa berdoa dan memohon pada Tuhan. Begitulah terkadang kita terlalu focus untuk meminta pada Tuhan sampai-sampai tidak mendengarkan apa yang Tuhan ingin katakan pada kita.

Pada akhir renungan itu, sang pendeta mengajak ayahku untuk bersama-sama berdoa, kami kaget karena ternyata pendeta ini adalah teman ayah ketika kuliah dulu. Ayah dengan anggukan kecil yang lemah mengiyakan.

Lagi-lagi aku tak ingat apa isi doa tersebut dengan jelas, namun di tengah-tengah doa tersebut, alat-alat di tempat itu berbunyi. Karena sering menyaksikannya dalam film saya mengerti bunyi yang aku dengar tersebut artinya apa, belum lagi pendeta mengucap kata Amin untuk mengakhiri doanya, bunyi datar telah terdengar.

Kami menunggu hingga saat doa selesai, ibu berbisik di telingaku bahwa ayah sudah tiada. Aku mengangguk dan mengatupkan mata ayahku, dan menciumnya untuk terakhir kalinya.

Saat ini dalam segala kesedihan kami ini kami tau, bahwa harapan kami satu-satunya untuk bertemu dengan ayah tercinta adalah Yesus Kristus. (Kisah 4:12)(Yohanes 14:6)

Ketika kita menangis, ingatlah selalu bahwa Tuhan Yesus selalu ada dekat, dan dia turut merasakan segala kelemahan kita.. (Yohanes 11:35)

to be continued...

No comments:

Post a Comment